Tuesday, July 26, 2016

Penyakit Berat yang Berkaitan dengan Penyakit Gigi

Cobalah Anda berkaca dan memperhatikan gigi atau rongga mulut. Jika Anda mengidap penyakit gusi seperti gingivitis atau periodontitis, maka kemungkinan akan terkena penyakit lain yang lebih serius. Jadi, jangan anggap sepele kesehatan gigi dan mulut.
Berikut empat penyakit yang diduga berkaitan dengan penyakit gigi.
1. Alzheimer
Dalam penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal PLoS ONE, periodontitis atau penyakit gusi yang serius berkaitan dengan penurunan kemampuan kognitif dan memperparah demensia Alzheimer.
Orang yang mengalami periodontitis mengalami penurunan kognitif enam kali lebih cepat dibanding mereka yang tidak. Peneliti percaya, bakteri periodontal yang menyebabkan peradangan gusi bisa mempercepat perkembangan demensia. 
2. Stroke
Orang-orang yang mengalami perdarahan intraserebral atau semburan darah ke dalam jaringan otak dimungkinkan memiliki jenis bakteri tertentu di air liur mereka. Seperti ditulis dalam jurnal Scientific Reports, bakteri itu disebut cnm-positif S. mutans.
Menurut studi terbaru, pada orang yang memiliki jenis stroke itu, setelah diperiksa, sebanyak 6 persen positif ada jenis bakteri tersebut. Bakteri itu tak hanya menyebabkan masalah kesehatan gigi dan mulut, seperti penyakit gusi dan gigi berlubang, tetapi juga dapat mengikat pembuluh darah. Kemudian meresap ke dalam pembatas darah dan otak sehingga menyebabkan perdarahan.
3. Penyakit jantung
Menurut American Heart Association, penyakit gusi memang berkaitan dengan penyakit jantung. Penelitian Universitas Florida yang dipresentasikan dalam American Society for Microbiology menunjukkan, ada bakteri penyebab penyakit gusi yang ditemukan sama dengan di jantung.
Dalam penelitian pada tikus, bakteri dalam mulut yang menyebabkan penyakit gusi juga ditemukan dalam aliran darah tikus. Hal ini menjadi faktor risiko penyakit jantung yang jarang diketahui.
4. Radang sendi
Sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal PLOS Pathogens menunjukkan, kesamaan bakteri yang menyebabkan penyakit periodontal, Porphyromonas gingivalis dan rheumatoid arthritis. Bahkan, bakteri itu disebut dapat memperparah penyakit dan kehancuran tulang rawan.
Para peneliti dari Universitas Louisville percaya, P. gingivalis dapat menghasilkan enzim tertentu yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh. (sumber)

Tuesday, June 21, 2016

Rajin Sikat Gigi Berkhasiat Mencegah Kanker

Sejak kecil kita diajari menggosok gigi dua kali sehari untuk mencegah gigi berlubang. Riset baru membuktikan, membersihkan gigi juga menangkal tubuh dari kanker jenis tertentu.

Ilmuwan menemukan bahwa kanker pankreas, salah satu yang paling mematikan ternyata ada hubungannya dengan dua jenis bakteri yang juga menyebabkan penyakit gusi.


Tim ilmuwan dari AS itu menemukan, mereka yang memiliki kuman tersebut di mulut dua kali berisiko terkena kanker sepuluh tahun ke depan.

Para peneliti mempresentasikan hasil mereka di American Association for Cancer Research di New Orleans. Penemuan ini mengemukakan bahwa penyakit kanker bisa dicegah dengan mudah dan murah.
Kanker pakreas adalah kanker paling lazim ke-11 di Inggris. Sekitar 9.000 orang didiagnosa menderita penyakit ini setiap tahun. Jenis kanker ini termasuk yang paling mematikan karena tiga persen pasien yang berhasil melewati jenis kanker ini selama lima tahun dibandingkan dengan 87 persen pasien kanker payudara dan 98 persen kanker testis.

Bagian dari masalah itu adalah penyakit ini hanya menampakkan sedikit gejala di tahap dini. Kerap kali penderitanya tak menyadari hingga kemudian sudah terlambat.

Dokter menyebut penyakit ini "serigala berbulu domba" karena gejala-gejalanya, nyeri punggung, kuning dan berat badan turun. Gejala ini kerap didiagnosa masalah pencernaan.

Uji skrining efektif amat diperlukan dan keberadaan bakteri di mulut dapat menjadi uji tes tersebut.

Ilmuwan dari New York University itu melacak 732 orang lebih dari 10 tahun. Separuhnya mengalami kanker pankreas dan sisanya tetap sehat.

Peneliti yang mengambil sampel di mulut saat memulai proyek ini. Mereka menemukan dua bentuk bakteri yang berhubungan langsung dengan risiko kanker pankreas. Mereka yang punya kuman P. gingivalis ternyata 59 persen berisiko lebih besar kena kanker pankreas, dibandingkan dengan yang tak ada bakter itu di mulutnya.

Dan mereka yang punya kuman A. actinomycetemcomitans mengalami peningkatan risiko 119 persen.

Kedua kuman ini dikenal menyebabkan periodontitis, penyakit gusi parah. Tim peneliti memperingatkan, mereka tak yakin bakteri sebenarnya menyebabkan kanker, karena mereka hanya meneliti kaitan statistik dan tidak tahu mengapa kuman itu berperan dalam menentukan risiko kanker.

Ahli-ahli di Inggris mengatakan, mereka yang punya gaya hidup tak sehat dan sudah punya risiko lebih besar kanker pankreas sebaiknya merawat kesehatan gigi mereka.
Penelitian sebelumnya menemukan bakteri dalam plak gigi memicu inflamasi yang menyebabkan kanker.

Peneliti Dr Jiyoung Ahn mengatakan,"Penelitian kami memberikan bukti langsung pertama bahwa perubahan khusus dalam campuran mikrobial dimulut mewakili faktor risiko kanker pankreas bersamaan dengan usia, jenis kelamin pria, merokok, ras dan riwayat keluarga."

"Perubahan bakteri di mulut dapat membuktikan siapa yang paling berisiko kena kanker pankreas," kata Dr Nigel Carter, CEO UK Oral Health Foundation.

"Diperlukan penelitian lanjutan. Tetapi jika memang benar demikian, tak ada alasan uji ludah untuk mendeteksi kanker pankreas tak dapat dilakukan di dokter gigi," imbuhnya.

Tuesday, June 14, 2016

Kecewa dengan Pemasangan Kawat Gigi di Tukang Gigi


TANYA:

Dok saya mau tanya saya sudah dibehel sekitar 1,5 thn dulu dipasang di ahli gigi. Namun sekarang gigi saya malah jadi renggang dan warnanya pun jadi kuning. Saya mau tanya dok, kalo misalnya behel saya dilepas dan di pasang lagi di dokter gigi bisakah? Untuk biayanya perkiraan berapa ya dok?
Cantyka (25), Sukabumi

JAWAB:

Hai Cantyka di Sukabumi,

Senang sekali mendengar keinginan anda untuk beralih merawat gigi ke dokter gigi. Tentu saja Anda dapat melakukan hal tersebut dan sebaiknya memang segera dilakukan. 

Pemasangan kawat gigi sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi spesialis ortodonti (spesialis pemasangan kawat gigi). Namun untuk kasus-kasus ketidakteraturan gigi yang sederhana, dapat dilakukan oleh dokter gigi umum.

baca juga: Ini akibat pakai kawat gigi tak sesuai prosedur

Biaya pemasangan kawat gigi bervariasi tergantung tingkat kesulitan kasus, kualitas bahan, dan jenis sistem alat ortodonti yang digunakan. Sebagai contoh perkiraan biaya pemasangan kawat gigi adalah berdasarkan jenis sistem alat ortodonti. Sistem yang paling umum digunakan adalah sistem "edgewise". Biaya yang diperlukan untuk perawatan ortodonti menggunakan sistem ini cukup terjangkau, jika dibandingkan dengan sistem "self-ligating". 

Begitu pula dengan kasus ketidakteraturan gigi yang sederhana, biaya-nya akan lebih murah dibandingkan dengan kasus yang sulit. Sedangkan pemilihan kualitas bahan ortodonti seperti keramik, akan lebih mahal dibandingkan yang metal.

Anda dapat menanyakan langsung ke dokter gigi pilihan Anda mengenai biaya pemasangan kawat gigi dan hal-hal lain yang berkaitan dengan perawatan ortodonti tersebut.

Setelah pemasangan kawat gigi Anda perlu melakukan kontrol rutin ke dokter gigi untuk melihat perkembangan perawatan dan penggantian alat jika diperlukan sehingga diperoleh hasil yang optimal. 

Selama anda menggunakan kawat gigi, Anda harus memberikan perhatian lebih bagi kebersihan gigi-gigi Anda, supaya tidak menguning akibat penumpukan sisa makanan. Penggunaan sikat gigi khusus ortodontik, yaitu proxabrush atau interdental toothbrush akan memudahkan penyikatan diantara gigi dan kawat gigi. Anda juga dapat menggunakan benang gigi sebagai tambahan untuk membersihkan gigi-gigi. Sebaiknya Anda juga harus rutin melakukan pembersihan karang gigi oleh dokter gigi, paling tidak 2-3 bulan sekali. 


Demikian Cantyka, semoga informasinya bermanfaat. Salam gigi sehat.(sumber)

Ini akibat pakai kawat gigi tak sesuai prosedur


Pemakaian kawat gigi yang tidak sesuai prosedur bisa menimbulkan sejumlah masalah, mulai dari akar gigi yang keluar dari gusi hingga mulut yang tidak bisa menutup rapat, menurut spesialis ortodonti, drg Dwi Anie Lestari, Sp.Ort. 

"Kalau tidak tepat, akar gigi bisa saja keluar dari gusi, terjadi gangguan pada jaringan penyangga gigi atau gusi seperti peradangan gusi yang ditandai pembesaran gusi, serta gusi mudah berdarah," kata dia di Jakarta, Senin.

Menurut dia, fungsi kawat gigi pada dasarnya untuk memperbaiki susunan gigi dan estetika wajah. Penggunaannya pun didasarkan pada sejumlah aspek, antara lain maloklusi--suatu keadaan di mana deretan gigi atas dan bawah tidak bertemu atau tidak dalam keadaan baik. 

"Maloklusi misalnya seperti gigi berantakan, gigi cameh, gigi renggang, gigi tonggos, gigi gingsul yang sering dianggap pemanis (wajah), padahal itu maloklusi," kata dia. 

Setelah dokter (spesialis ortodonti) menyatakan seseorang memang mengalami maloklusi, maka penyusunan rencana perawatan menggunakan kawat gigi bisa dilakukan. 

baca juga: 12 Kebiasaan Yang Merusak Gigi

Sebelumnya, pasien perlu paham kewajibannya menjaga kesehatan gigi dan mulutnya, di antaranya dengan menggosok gigi secara benar dan mematuhi aturan yang ada, demi menghindari risiko tak diinginkan. 

"Gigi bisa saja berlubang karena tidak dibersihkan secara maksimal. Biasanya pasien sadar setelah alat (kawat gigi) dibuka," tutur Dwi. 

Dia menyarankan para pengguna kawat gigi menggunakan sikat gigi khusus yang jenisnya beragam, kemudian tingkatkan frekuensi menyikat, minimal dua kali sehari serta gunakanlah pasta gigi dan obat kumur bila perlu. Perawatan kawat gigi umumnya memakan waktu sekitar dua tahun. (sumber)

Tuesday, June 7, 2016

12 Kebiasaan Yang Merusak Gigi

Kebersihan gigi dan mulut adalah  hal yang sangat penting karena dapat menghasilkan gigi sehat dan kuat yang merupakan idaman setiap orang.
drg.M.Tryanza Maulana, mengatakan dengan gigi yang sehat dan kuat pula bisa menghasilkan senyum seseorang yang indah mempesona. Namun terkadang memelihara kebersihan gigi dan mulut tidaklah cukup apabila masih disertai dengan kebiasaan buruk yang merusak gigi.
Kebiasaan buruk ini terkadang efeknya tidak langsung terlihat dalam waktu singkat tetapi dalam jangka waktu  lama dan apabila dilakukan terus-menerus. Berikut beberapa kebiasaan buruk yang dapat merusak gigi:
1)      Merokok Merokok dapat menyebabkan perubahan pada warna gigi,gusi, tambalan gigi dan gigi tiruan. Merokok juga dapat menyebabkan bau  mulut
2)      Mengunyah pada satu sisi Hal ini dapat menyebabkan penumpukkan sisa makanan pada sisi mulut yang jarang dipakai untuk mengunyah sehingga pembentukan plak dan karang gigi menjadi lebih banyak
3)      Menggunakan tusuk gigi Mengambil sisa makanan dengan tusuk gigi dapat membuat trauma pada gusi dan membuat celah/ruang diantara gigi
4)      Memasukkan cairan obat ke lubang gigi Memasukkan cairan obat secara sembarangan pada lubang gigi dapat menyebabkan kematian pada syaraf gigi dan luka bakar pada gusi
5)      Menghisap jempol Dapat mengganggu posisi gigi depan atas anda sehingga lebih maju dari posisi normal
6)      Sikat gigi dengan tekanan keras Sering dilakukan karena asumsi agar gigi lebih bersih padahal yang terjadi adalah jaringan email malah akan rusak
7)      Minuman bersoda Boleh dibilang yang paling sering terjadi saat ini. Minuman bersoda dapat merusak email gigi karena kadar gula dan asamnya yang tinggi
8)      Menghisap jeruk nipis/belimbing wuluh Merusak gigi karena kandungan asam pada jeruk nipis/belimbing wuluh yang tinggi dapat menghancurkan ikatan mineral dan mengikis permukan gigi
9)      Menggertakkan gigi Dapat menyebabkan sakit pada sendi, rahang dan  kepala. Terkadang bisa terjadi saat tidak sadar/saat tidur
10)  Menggigit benda keras Benda keras disini semisal pensil, balpoin, tutup botol atau bungkus makanan dapat membuat efek traumatis pada gigi sehingga gigi menjadi mudah rusak
11)  Gosok gigi dengan batu bata atau sabut kelapa Biasanya kebiasaan ini ada pada masyarakat pedalaman yang dapat merusak gigi dan gusi
12)  Mengunyah es batu Dapat menyebabkan gigi rusak/patah dan trauma pada gigi

Monday, June 6, 2016

Ingat! Kawat Gigi Bukan Sekedar Aksesori




Tak seperti kalung atau anting yang memperindah penampilan kita, kawat gigi bukanlah aksesoris gigi, melainkan alat kesehatan yang merupakan bagian dari perawatan ortodonti.

"Kawat gigi bukan aksesoris, melainkan alat kesehatan yang merupakan bagian dari perawatan ortodonti. Kalau tidak perlu ya tidak usah," ujar pengurus Ikatan Ortodontis Indonesia (IKORTI) Komda Jaya, drg Dwi Anie Lestari, Sp.Ort, dalam peluncuran sikat gigi dan pasta gigi Formula Orthodontic, di Jakarta, Senin.

Dwi mengatakan, pada dasarnya, kawat gigi digunakan untuk memperbaiki susunan gigi dan estetika wajah. Penggunaannya pun didasarkan pada sejumlah aspek, antara lain maloklusi--suatu keadaan di mana deretan gigi atas dan bawah tidak bertemu atau tidak dalam keadaan baik.

"Maloklusi misalnya seperti gigi berantakan, gigi cameh, gigi renggang, gigi tonggos, gigi gingsul yang sering dianggap pemanis (wajah), padahal itu maloklusi," kata dia.

Bila saat pemeriksaan klinis, radiografi dan lainnya memang ditemukan indikasi maloklusi, sebelum diputuskan pasien mendapat perawatan kawat gigi, dokter perlu memastikan tidak ada masalah pada gigi, semisal gigi berlubang, gigi busuk, gusi bengkak dan sebagainya.

"Ortodontis biasanya akan bertanya dulu pada pasien alasan menggunakan kawat gigi. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan klinis. Dilihat giginya seperti apa, adakah lubang di gigi, busuk atau tidak giginya, gusinya mudah bengkak atau tidak. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan radiografis," tutur Dwi.

Saat diagnosa menunjukkan pasien memang mengalami maloklusi, maka penyusunan rencana perawatan menggunakan kawat gigi bisa dilakukan. Sebelumnya, pasien perlu paham kewajibannya menjaga kesehatan gigi dan mulutnya, di antaranya dengan menggosok gigi secara benar dan mematuhi aturan yang ada.

"Pasien harus bertanggung jawab pada kesehatannya, misalnya menjaga kebersihan mulut, menjaga aturan yang ada. Salah satunya menggosok gigi dengan benar. Kalau dia tidak bisa bertanggung jawab dengan hal itu, kita tidak sarankan dia memakai kawat gigi," pungkas Dwi. (sumber)

Sunday, June 5, 2016

TIPS KESEHATAN: Mencegah Gigi Ngilu Saat Berbuka Puasa

Ada orang yang mempunyai masalah dengan gigi yang terasa ngilu waktu menikmani makanan atau minuman yang manis  waktu berbuka puasa Ramadan.
Gigi sensitif, kata Amanda Parikesit  Brand Manager Sensodyne, merupakan kondisi berubahnya struktur gigi yang menyebabkan dentin yang merupakan  bagian gigi terbuka.
Indikasinya adalah rasa ngilu yang tajam dan sesaat terasa ketika terkena rangsangan makan atau minum panas, dingin, manis atau asam.
Selain itu, bisa juga disebabkan menyikat gigi terlalu kuat. Saat berpuasa rongga mulut dalam keadaan kering karena tidak ada makanan yang dikunyah sehari penuh sehingga aktivitas air liur yang dikeluarkan berkurang.
Hal tersebut  menyebabkan berkurangnya fungsi air ludah dalam melindungi gigi yang sensitif, sehingga rasa ngilu pun semakin terasa.
Pemicu rasa ngilu pada gigi sensitif, berbeda pada setiap orang. Namun, ada beberapa makanan dan minuman disinyalir menjadi pemicu munculnya gigi ngilu akibat permasalahan gigi sensitif, yaitu makanan atau minuman dingin, panas, manis ataupun asam, yang banyak terdapat pada hidangan berbuka puasa. 
Untuk mengatasi gigi sensitif, menurut rlisnya, dapat dilakukan dengan memakai pasta gigi khusus sensistif pula.
Beberapa tips dalam mencegah rasa ngilu ketika berbuka puasa antara lain:
•  Makan sayur dan buah yang banyak mengandung air sehingga dapat membantu meningkatkan produksi air liur saat berpuasa
•  Menyikat gigi secara lembut dari arah gusi ke gigi, kombinasi dengan gerakan memutar
•  Usahakanlah menggosok gigi sehabis makan sahur dan sebelum tidur malam dengan sikat gigi berbulu lembut dan halus dan pasta gigi khusus untuk gigi sensitif dan mengurangi ngilu.
•  Kurangi makanan/minuman mengandung soda, cuka, atau lemon selama bulan Ramadan
•  Usahakan tidak ada gigi yang berlubang, karang gigi, dan gusi bengkak (terinfeksi) yang dapat menyebabkan halitosis (bau mulut). (sumber)